
Semarang – UIN Walisongo Semarang dan Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertema “Peningkatan Peran Pemuda dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama di Semarang” pada Sabtu (15/11/2025) di Hotel Novotel Semarang. Acara ini dipandu oleh dosen Studi Agama-Agama Moch Maola Nasty Gansehawa S.Psi., M.A. yang memfasilitasi diskusi yang menghadirkan Prof. Dr. H. M. Mukhsin Jamil, M.Ag., Sukendar. M.A, P.hD dan Ahmad Afnan Anshori, M.A. yang mengulas fenomena dan tantangan keberagamaan dan kerukunan di Semarang.
Acara ini dihadiri oleh mayoritas mahasiswa bersama dosen, perwakilan Kanwil Kemenag Jawa tengah dan tokoh agama Semarang. Prof. Mukhsin Jamil menekankan pentingnya peran pemuda dalam membangun kerukunan di masyarakat khususnya Semarang yang majemuk. “Pemuda harus bertindak sebagai aktor dan inisiator perdamaian dan kerukunan” Ujarnya. Pemuda dengan kreativitasnya mampu memproduksi kerukunan melalui kampanye-kampanye damai melalui media-media sosial.
Selanjutnya, Sukendar. M.A, P.hD menjelaskan pentingnya peran keluarga dalam memupuk wawasan kerukunan sejak dini. Pendidikan kerukunan harus dimulai dari pendidikan pertama yaitu rumah. Karena perilaku ekstrem atau terror tidak jarang lahir dari kondisi psikologis seseorang yang terluka dan tidak terobati sehingga luka ini terpendam dan terkulminasi ketika dewasa. Oleh karenanya, peran orang tua dan lingkungan tempat tinggal sangatlah penting.
Pembahasan lebih luas tentang kerukunan dipaparkan oleh Ahmad Afnan Anshori, M.A yang tidak hanya menekankan kerukunan antar manusia tetapi juga alam. Isu lingkungan dapat menjadi pemersatu pandangan lintas iman dalam menghadapi persoalan lingkungan yang nyata dan dihadapi bersama. Ia juga menegaskan apa yang disebut “hijraj ekologis” yang berupaya memusatkan pada pembicaraan pada isu-isu lingkungan. Pandangan ini juga diapresiasi oleh Bapak Putut, perwakilan pemuka agama Hindu yang memiliki keresahan yang sama tentang lingkungan. Agama apapun seharusnya menjaga hubungan tidak hanya dengan Tuhan atau manusia, melainkan juga lingkungan.

